Beberapa waktu lalu sekolah minggu GKY Jemaat Green Ville mengadakan lomba menceritakan kisah Alkitab yang diikuti oleh anak kelas 1-6. Ada seorang peserta yang sangat baik tapi harus di-diskualifikasi karena belum cukup umur - masih TK. Tapi panitia kemudian mengapresiasi dia sebagai peserta termuda dan berbakat.
Dalam kebaktian pertama di GKY Jemaat Green Ville minggu lalu, para pemenang lomba itu dipanggil maju ke depan dan diberikan apresiasi. Anak yang masih TK yang di-diskualifikasi itu diminta menyampaikan cerita "Daniel di gua singa" yang dia bawakan waktu lomba. Saya terkejut! Sepanjang dia bercerita, saya terkagum-kagum. Dia bercerita tanpa teks dan sangaaaatttt bagus! Bukan hanya kagum, tapi berkali-kali jemaat juga dibuat tertawa dengan kreativitasnya dalam bercerita. Tanpa disadari, saya menangis... saya terharu. Otak saya langsung berputar mempertanyakan diri sendiri, mengapa saya begitu terharu?
Saya teringat bahwa beberapa waktu ini saya merasa khawatir dengan kondisi gereja Injili di Indonesia. Saya melihat bahwa tidak banyak orang yang mau menjadi hamba Tuhan. Dari jumlah yang sedikit itu, lebih sedikit lagi yang punya kemampuan intelektual yang tinggi, berbakat, berdedikasi untuk belajar dan mengajar Firman Tuhan. Makin banyak orang pintar tapi makin sedikit yang mau menjadi hamba Tuhan. Bagaimana masa depan gereja? Situasi dalam gereja juga seringkali begitu tidak mendukung seorang hamba Tuhan untuk terus mengutamakan belajar dan mengajar Firman Tuhan. Kesibukan membunuh kerinduan untuk belajar. Segelintir hamba Tuhan yang punya kemampuan intelektual tinggi pergi untuk studi lanjut, sebagian menjadi 'ngaco', sebagian tidak mau kembali ke Indonesia, maka hanya super segelintir yang sisa. Saya sangat khawatir.
Sekarang di depan saya ada sekelompok anak-anak sekolah minggu yang pandai dan bebakat menceritakan kisah Alkitab. Ditambah melihat anak TK bercerita seperti itu - dengan kemampuan, kreatifitas, dan daya hafal yang bahkan tidak saya miliki, saya terharu.
Saya tahu belum tentu anak-anak itu akan menjadi hamba Tuhan. Tetapi di momen itu, Tuhan seperti menunjukkan kepada saya bahwa Dia pegang kendali gereja-Nya. Dia memelihara dan akan terus memelihara gereja-Nya dengan cara-Nya sendiri. Saya bersyukur untuk anak-anak sekolah minggu itu.