Saya memperhatikan buku ini, bolak-balik, dan tertarik untuk menggali sedikit lebih jauh tentang buku ini. Ada beberapa hal menarik yang saya temukan:
Bukan ‘isi buku’ itu yang membuat hadiah ini menarik, tapi fisiknya. Kondisi buku ini masih sangat baik, halamannya memang sudah menguning tapi masih sangat baik. Buku ini dikemas dalam (seperti yang ditulis di bagian belakangnya): “bound in rough Persian with gilt lettered backs”. Covernya seperti bagian dalam kulit yang halus dan bagian sampingnya dituliskan judul bukunya dengan warna emas.
Tidak ada sama sekali keterangan tahun berapa buku ini dicetak. Tapi yang sangat menarik adalah adanya tulisan tangan yang memberi tahu bahwa buku ini pernah diberikan sebagai hadiah Natal oleh seorang bernama Daisy R. “Ingleside” Creswick kepada seorang bernama Pricilla. Dan tahunnya adalah 1906! Itu 106 tahun yang lalu dan kondisinya masih sebagus ini. Jangan-jangan di rumah saya, dengan cepat buku ini akan deteriorate!
If there be a pleasure on earth which angels cannot enjoy, and which they might almost envy man the possession of, it is the power of relieving distress. –Lacon-Sedikit research memberi tahu saya signifikansi kalimat itu. “Lacon” bukanlah nama orang, tapi judul sebuah buku. Lengkapnya “Lacon: Or, Many Things in Few Words: Address—to Those Who Think”. Laconic adalah istilah dalam bahasa Inggris yang memang berarti singkat, pendek. Dan isi bukunya memang adalah paragraf-paragraf pendek, kalimat-kalimat bijak, seperti amsal-amsal, yang dikumpulkan menjadi sebuah buku.
Mau tahu siapa penulisnya? Namanya adalah Charles Caleb Colton (1780-1832). Dia pernah menjadi hamba Tuhan di gereja di Inggris selama belasan tahun sebelum akhirnya dia meninggalkan pelayanan dan juga Inggris. Dalam masa dia menjadi hamba Tuhan di gereja itulah dia menulis Lacon. Dia kemudian pindah ke Amerika dan kemudian ke Perancis. Disana akhirnya dia terlibat judi, sukses selama beberapa waktu, tapi akhirnya dia bangkrut. Menjelang akhir hidupnya dia sakit dan hanya hidup dari pemberian keluarganya. Dia harus dioperasi tapi dia takut operasi, dan akhirnya dia bunuh diri. (lebih lengkapnya bisa dilihat di Wikipedia).
Kisah hidupnya sangat ironis! Dan yang lebih ironis lagi adalah kalimat kutipan di atas sebetulnya tidak lengkap. Di dalam Lacon, Charles Colton menulis lengkapnya begini:
If there be a pleasure on earth which angels cannot enjoy, and which they might almost envy man the possession of, it is the power of relieving distress. If there be a pain which devils might pity man for enduring, it is the death-bed reflection that we have possessed the power of doing good, but that we have abused and perverted it to purposes of ill.Bukankah ironis? Sekitar 12-15 tahun sebelum mati, dia menulis kalimat di atas. Tapi kemudian dia tidak berbuat baik dan hidupnya makin hancur. Mungkinkah waktu di ranjang kematian, ketika akan bunuh diri, dia sempat merefleksikan hidupnya dan menyesalinya? Mungkinkah waktu itu dia ingat kalimat 'amsal' yang pernah ditulisnya sendiri itu? Kita tidak tahu.
(Jika ada kesenangan di dunia yang malaikat tidak bisa nikmati, dan yang mungkin hampir membuat mereka iri karena manusia memilikinya, itu adalah kuasa untuk melepaskan kesusahan. Jika ada kesakitan yang setan mungkin mengasihani manusia karena harus mengalaminya, itu adalah refleksi di ranjang kematian bahwa kita memiliki kuasa untuk melakukan kebaikan, tapi kita menyalahgunakannya dan merusaknya untuk tujuan yang jahat)
Saya tidak tahu dan mungkin tidak pernah tahu cerita di balik buku tua ini: Siapa Pricilla? Siapa Daisy R. Creswick? Mungkin juga tidak penting. Saya hanya sedikit melatih ‘historian in me’ :-) dan selalu akhirnya kembali menjadikannya refleksi.
Thanks Chris for this gift! :)