Sunday, June 17, 2012

Suami Istri: Bertengkar?

Tidak ada satu pasang suami istri pun yang tidak pernah bertengkar. Bahkan sejak pacaran, pertengkaran pasti sudah terjadi. Saya ingat seorang hamba Tuhan bicara dengan nada bercanda: “Kalau pacaran tidak pernah berantem, jangan kawin sama dia. Karena jangan-jangan kamu kawin sama orang bodoh.” Maksudnya dua orang dengan pikiran, kemauan, dan sifat yang berbeda, kalau normal pasti akan bertengkar.

Tapi bagaimana bertengkar? Di dalam percakapan dengan teman-teman yang akan menikah, kami sering menyampaikan bahwa harusnya kita makin ‘ahli’ dalam bertengkar. Bukan maksudnya lebih sering! Tapi makin tahu bagaimana menghadapi masalah penyebab pertengkaran, makin tahu bagaimana diri kita dan pasangan kita akan bereaksi, makin tahu bagaimana menyelesaikan masalah dengan baik, dan makin banyak hal yang akhirnya tidak menjadi pertengkaran lagi.

Waktu awal relasi kita mungkin ‘bodoh’, kita marah untuk sesuatu yang tidak sepantasnya, dan akhirnya menyesal. Kita juga ‘bodoh’ karena kita bereaksi dengan salah, dan akhirnya menyesal. Kita juga kaget menemukan pasangan kita bereaksi seperti itu (jangan lupa dia juga masih ‘bodoh’), dan akhirnya lebih menyesal lagi. Maka setelah sekian lama, apakah kita masih terus ‘bodoh’? Harusnya kita harus makin ‘ahli’ - bukan menghindari masalah tapi tahu bagaimana menghadapinya dan menyelesaikannya.

Bukan hanya itu, tapi bagaimana cara bertengkar juga sangat penting. Saya tidak tahu bagaimana dengan pasangan-pasangan lain, tapi saya dan istri, bahkan sejak pacaran, tidak pernah bertengkar dengan kasar. Kami tidak pernah memukul, mencakar, atau melakukan kekerasan fisik lain. Kami tidak pernah membanting barang, piring, gelas, handphone (mahal amat? :D). Kami juga tidak pernah pisah kamar ketika bertengkar, apalagi sampai kabur keluar rumah. Dan satu hal yang sangat penting, yang sering kami nasihatkan kepada pasangan lain, kami tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar waktu bertengkar. Bahkan saling membentak pun tidak pernah kami lakukan. Ada yang bilang kami terlalu lembut, “apa salahnya sih ‘nada keras’?” Tapi bukankah itu baik?

Ketika emosi, kita mungkin cenderung mengucapkan kata-kata kasar. Percayalah, sepuluh tahun yang akan datang, kita tidak akan ingat kita bertengkar karena apa, tapi kata-kata yang kasar itu masih kita ingat. Ketika emosi, kita mungkin cenderung ingin menyakiti – karena merasa kita disakiti – tapi bukankah kita harus selalu ingat bahwa orang yang di hadapan kita ini adalah suami/istri kita yang saya janji untuk kasihi seumur hidup?

Maka, bagaimana cara anda bertengkar? Bertengkarlah with love and in the love that comes from above. Dengan demikianlah, kita menunjukkan apa yang tertulis di pajangan yang tergantung di banyak rumah pasangan Kristen: CHRIST IS THE HEAD OF THIS HOUSE.

Happy birthday my dear wife! :-) It’s true, Christ was and is and will always be the Head of our family!