Salah satu pokok iman yang paling penting bagi orang Kristen adalah
ke-Tritunggal-an Allah.
Pengakuan akan Allah Tritunggal inilah yang
mempersatukan banyak orang Protestan, Anglican, gereja Ortodox,
Assyrian, maupun Katolik Roma. Dan pengakuan iman yang sangat kuat menegaskan
ke-Tritunggal-an Allah ini adalah Pengakuan Iman Nicea.
Pada akhir abad ketiga, seorang penatua gereja Alexandria bernama Arius menyatakan bahwa Kristus diciptakan
oleh Bapa. Teologi ini diterima oleh sebagian orang sebagai salah satu solusi
untuk menjelaskan Allah dalam tiga pribadi. Banyak uskup gelisah dan menganggap
ajaran Arius ini sesat. Maka sebagai respons terhadap Arianisme itulah Konsili
Nicea diadakan pada tahun 325 AD.
Kaisar Constantine I mengumpulkan para uskup gereja-gereja
di Nicea di Bithynia (sekarang daerah Turki). Diceritakan bahwa Constantine
mengundang 1800 uskup. Walaupun banyak yang tidak hadir, tapi mereka yang hadir
mewakili berbagai daerah dan dianggap bersifat universal. Setelah sidang di
Yerusalem (Kis 15), ini adalah pertama kalinya gereja-gereja berusaha mencapai
kesepakatan melalui perwakilan dari seluruh gereja. Melalui konsili ini lahirlah
pengakuan iman Nicea yang pertama. Dari beberapa ratus uskup yang hadir, hanya
Arius dan dua uskup lain yang menolak rumusan Pengakuan Iman Nicea. Beberapa
uskup yang tadinya mendukung Arius pun berbalik karena melihat kesesatan ajaran
Arius. Maka Arius dan pendukungnya dikucilkan.
Pengakuan Iman Nicea kemudian berkembang seiring dengan bertambahnya
tantangan. Pada tahun 381 dalam Konsili di Konstantinopel, bapa-bapa gereja
terpaksa berhadapan dengan Macedonianisme. Pengikut Macedonian ini menolak natur
keilahian Roh Kudus. Sebagai respons, bapa-bapa gereja ini menekankan keilahian
dan kemanusiaan Kristus dan menambahkan pernyataan yang berkaitan dengan Roh
Kudus dan karyaNya di dunia melalui gereja di dalam Pengakuan Iman Nicea. Maka
lahirlah pengakuan iman Nicea yang kemudian dipergunakan di Timur.
Setelah itu di Barat, Arianisme masih hidup dan berkembang di suku-suku
Jerman yang waktu itu mulai merangsek masuk ke Kekaisaran Romawi yang sudah
lemah. Sebagai respons, teolog-teolog orthodoks di gereja Latin menekankan
doktrin bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Kalimat itu ditambahkan ke pengakuan iman Nicea.
Maka lahirlah pengakuan iman Nicea versi terakhir yang dikenal secara umum di
Barat.
Pengakuan Iman Nicea, warisan bagi semua orang Kristen, adalah salah satu
produk paling penting dalam sejarah gereja. Konsili Nicea dibuka dengan resmi
pada tanggal 20 Mei. Dan Pengakuan Iman Nicea disahkan pada tanggal 19 Juni -
tepat minggu lalu - 1687 tahun yang lalu.
Di bawah ini adalah Pengakuan Iman Nicea versi terakhir itu (dalam bahasa
Indonesia):
Aku percaya kepada Allah yang Esa, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan
bumi, serta segala sesuatu yang nampak maupun tak nampak.
Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, diperanakkan dari
Bapa sebelum segala ciptaan; Allah dari allah, Terang dari terang, Allah yang
sejati; diperanakkan, bukan diciptakan, sehakekat dengan Bapa, dan oleh-Nya
segala sesuatu diciptakan. Yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita,
turun dari surga, dan berinkarnasi oleh Roh Kudus melalui anak dara Maria, dan
menjadi manusia. Dia disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus;
menderita dan dikuburkan; dan pada hari yang ketiga bangkit kembali, sesuai
dengan Alkitab; naik ke surga, duduk di sebelah kanan Bapa; dan Ia akan datang
kembali, dengan kemuliaan, untuk menghakimi yang hidup dan yang mati; dan
Kerajaan-Nya akan kekal selamanya.
Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan Sumber Kehidupan; yang keluar
dari Allah Bapa dan Allah Anak, yang bersama-sama dengan Allah Bapa dan Allah
Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi. Dan aku percaya kepada gereja rasuli yang kudus, esa, dan am. Aku mengakui
satu baptisan untuk penebusan dosa, dan aku menantikan kebangkitan orang mati,
dan kehidupan di dunia yang akan datang.
AMIN
Notes:
1. Karena pengakuan iman Nicea tidak dibacakan oleh kebanyakan gereja di Indonesia, maka sulit menentukan terjemahan 'standar'. Terjemahan di atas saya ambil dari beberapa sumber dan saya cocokkan dengan teks bahasa Inggris.
2. Gambar di atas adalah Kaisar Constantine (di tengah) dengan beberapa bapa gereja, memegang naskah Pengakuan Iman Nicea.