Lebih dari dua tahun yang lalu saya memulai proyek membaca tafsiran
Perjanjian Baru khususnya saya menulis tentang itu disini). Saya sudah membaca tafsiran
untuk hampir seluruh kitab dalam Perjanjian Baru, hanya tinggal lima kitab yang
tersisa: Roma, Kolose, Filemon, Ibrani, dan Yakobus. Tapi akhirnya saya
memutuskan untuk berhenti dulu.
Sebetulnya saya membaca tafsiran di dalam rangka saat teduh. Awalnya saya menikmati saat teduh dengan cara itu, tapi lama kelamaan saat teduh
saya menjadi kering. Mungkin karena mood? Mungkin juga karena pilihan buku
tafsiran saya (buku tafsiran ada yang enak untuk dibaca, ada yang enak untuk
dipelajari, ada yang sama sekali tidak enak!). Dan saya memutuskan bahwa saat
teduh lebih berarti buat saya daripada sekedar membaca buku tafsiran. Saya masih akan membaca buku-buku tafsiran sebagai bagian dari studi, tapi sementara bukan lagi bagian dari saat teduh.
Seringkali saya mendengar orang berkata ‘saat teduh’nya kering, bosan, tidak
dapat apa-apa. Ada beberapa kemungkinan untuk itu:
1. Mungkin waktu yang diberikan terlalu sedikit. Akhirnya saat teduh menjadi
sekedarnya.
2. Mungkin saat teduh sama sekali tidak teduh, dilakukan di tempat ramai, di
bis, di kantor, dengan iphone, ipad, dsb.
3. Mungkin saat teduhnya hanya informatif, membaca, mengerti, tapi tidak
merenungkannya.
4. Mungkin saatnya untuk mengganti ‘bahan’ saat teduh. ‘Bahan’ saat teduh
yang biasanya berupa buku renungan harian ditulis oleh manusia dan tidak tentu
cocok dengan kita. Dalam kasus saya, buku tafsiran tertentu belum tentu cocok
dengan saya untuk dipakai bersaat teduh.
Saya sendiri beberapa kali mengganti ‘bahan’ bersaat teduh. Saya pernah
menggunakan buku Renungan Harian, Santapan Harian, Encounter With God. Saya
pernah membaca hanya Alkitab saja berurutan dari Kejadian-Wahyu beberapa kali.
Saya pernah menggunakan beberapa buku perenungan singkat seperti khotbah (satu
artikel per hari). Saya pernah menggunakan buku liturgi harian (ada bacaan
Alkitab, ada kisah singkat, ada doa, persis seperti liturgi). Dan saya pernah
menggunakan buku-buku tafsiran. Saat ini saya sedang kembali membaca hanya Alkitab
saja dengan bantuan NIV Study Bible. Rencananya saya ingin membaca ulang seluruh
Alkitab dalam 80 minggu (sampai 31 Desember 2013), mudah-mudahan.
Jangan berhenti saat teduh, jangan biarkan saat teduh menjadi 'kering'. Apapun ‘bahan’nya, caranya, metodenya, yang paling penting adalah kita
bersaat teduh dengan baik: membaca Firman Tuhan dan merenungkannya,
mendoakannya, dan bersekutu dengan Tuhan. Dan itu lebih penting dari
segalanya.