Saturday, June 30, 2012

Bahan Saat Teduh

Lebih dari dua tahun yang lalu saya memulai proyek membaca tafsiran Perjanjian Baru khususnya saya menulis tentang itu disini). Saya sudah membaca tafsiran untuk hampir seluruh kitab dalam Perjanjian Baru, hanya tinggal lima kitab yang tersisa: Roma, Kolose, Filemon, Ibrani, dan Yakobus. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dulu.

Sebetulnya saya membaca tafsiran di dalam rangka saat teduh. Awalnya saya menikmati saat teduh dengan cara itu, tapi lama kelamaan saat teduh saya menjadi kering. Mungkin karena mood? Mungkin juga karena pilihan buku tafsiran saya (buku tafsiran ada yang enak untuk dibaca, ada yang enak untuk dipelajari, ada yang sama sekali tidak enak!). Dan saya memutuskan bahwa saat teduh lebih berarti buat saya daripada sekedar membaca buku tafsiran. Saya masih akan membaca buku-buku tafsiran sebagai bagian dari studi, tapi sementara bukan lagi bagian dari saat teduh.

Seringkali saya mendengar orang berkata ‘saat teduh’nya kering, bosan, tidak dapat apa-apa. Ada beberapa kemungkinan untuk itu:
1. Mungkin waktu yang diberikan terlalu sedikit. Akhirnya saat teduh menjadi sekedarnya.
2. Mungkin saat teduh sama sekali tidak teduh, dilakukan di tempat ramai, di bis, di kantor, dengan iphone, ipad, dsb.
3. Mungkin saat teduhnya hanya informatif, membaca, mengerti, tapi tidak merenungkannya.
4. Mungkin saatnya untuk mengganti ‘bahan’ saat teduh. ‘Bahan’ saat teduh yang biasanya berupa buku renungan harian ditulis oleh manusia dan tidak tentu cocok dengan kita. Dalam kasus saya, buku tafsiran tertentu belum tentu cocok dengan saya untuk dipakai bersaat teduh.

Saya sendiri beberapa kali mengganti ‘bahan’ bersaat teduh. Saya pernah menggunakan buku Renungan Harian, Santapan Harian, Encounter With God. Saya pernah membaca hanya Alkitab saja berurutan dari Kejadian-Wahyu beberapa kali. Saya pernah menggunakan beberapa buku perenungan singkat seperti khotbah (satu artikel per hari). Saya pernah menggunakan buku liturgi harian (ada bacaan Alkitab, ada kisah singkat, ada doa, persis seperti liturgi). Dan saya pernah menggunakan buku-buku tafsiran. Saat ini saya sedang kembali membaca hanya Alkitab saja dengan bantuan NIV Study Bible. Rencananya saya ingin membaca ulang seluruh Alkitab dalam 80 minggu (sampai 31 Desember 2013), mudah-mudahan.

Jangan berhenti saat teduh, jangan biarkan saat teduh menjadi 'kering'. Apapun ‘bahan’nya, caranya, metodenya, yang paling penting adalah kita bersaat teduh dengan baik: membaca Firman Tuhan dan merenungkannya, mendoakannya, dan bersekutu dengan Tuhan. Dan itu lebih penting dari segalanya.