Beberapa jemaat dan rekan hamba Tuhan pernah bertanya kepada saya, “Bagaimana sih cara persiapan khotbahnya?”
Saya percaya persiapan khotbah, seperti juga menggali Alkitab, adalah art (seni) maka tiap orang akan melakukan dengan cara yang berbeda dan bahkan tiap khotbah bisa dipersiapkan dengan cara yang berbeda. Ditambah lagi dengan adanya berbagai macam bentuk sastra di dalam Alkitab, maka bentuk sastra yang berbeda tentu menuntut cara persiapan yang juga berbeda.
Saya sendiri sudah beberapa kali merubah cara saya mempersiapkan khotbah. Berikut ini adalah sedikit sharing bagaimana saya mempersiapkan khotbah dari surat 1 Korintus (khotbah eksposisi berseri yang sedang saya sampaikan di GKY Singapore):
1. Berdoa minta Tuhan berkati persiapan khotbah, berikan message yang harus disampaikan.
2. Saya menentukan batas perikop atau bagian yang ingin dikhotbahkan, harus mulai dari ayat mana dan berhenti di ayat mana. Biasanya saya tidak terlalu pusing dengan ini. Cukup melihat 1 atau 2 buku tafsiran. Kalau 2 tafsiran sama, maka saya setuju saja. Kalau mereka tidak sama, maka saya mulai berpikir lebih keras.
3. Saya melihat buku: Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, untuk melihat apakah ada masalah tekstual yang perlu saya perhatikan. Misalnya apakah ada manuskrip kuno (textual variant) yang patut diperhitungkan, yang mempunyai teks yang berbeda dengan yang sekarang ini diterima. Kalau ada, maka itu akan menjadi perhatian saya. Kalau tidak ada yang signifikan, maka dengan lega saya mengabaikan bagian ini.
4. Saya membuat syntactical outline (urutan logis kalimat-kalimat) dari bagian yang ingin dikhotbahkan. Untuk keperluan ini saya biasa menggunakan 2 buku untuk membantu: Philip W.Comfort, The New Greek-English Interlinear dan Zerwick-Grosvenor, A Grammatical Analysis of the Greek New Testament. Saya mencoba mengerti kalimat demi kalimat dalam bahasa Yunani secara singkat dengan bantuan 2 buku itu. Biasanya saya hanya membuatnya dengan sederhana, hanya untuk membantu saya melihat urutan logisnya saja. Tapi bagian ini memakan waktu cukup lama, bisa sekitar 2 jam lebih saya habiskan disini (tergantung panjang pendeknya perikop yang akan dikhotbahkan). Bagi yang belum pernah melihat seperti apa, kurang lebih yang saya buat seperti di bawah ini:
5. Sambil membuat syntactical outline, saya memberi tanda pada kata-kata yang menurut saya mungkin perlu penelitian lebih lanjut.
6. Kata-kata tersebut saya cari maknanya di dalam: BDAG, Greek-English Lexicon of the NT and Other Early Christian Literature, Spicq, Theological Lexicon of the New Testament atau Verlyn Verbrugge, New International Dictionary of New Testament Theology Abridged. Tidak setiap kata saya cari dan tidak setiap buku di atas saya buka, tergantung bagaimana pikiran saya waktu itu.
7. Setelah 'belanja bahan dasar' ini selesai, sekarang bisa mulai 'memasak'. Pertama adalah memikirkan outline khotbah berdasarkan hasil observasi di atas. Tapi outline ini biasanya masih tentative, artinya seringkali akan berubah nanti.
8. Mulai menulis naskah khotbah. Biasanya saya langsung menulis saja, apa saja asal mulai menulis, karena saya menulis sambil berpikir dan berpikir sambil menulis. Sambil menulis maka ide pun keluar dan perlahan-lahan jadi.
9. Sambil menulis naskah khotbah saya sambil terus mempelajari dan memikirkan bagian itu lebih detil. Untuk ini saya dibantu dengan buku tafsiran. Biasanya untuk 1 Korintus, ada 3 tafsiran yang saya pakai: Gordon Fee, (dalam seri) New International Commentary on the New Testament, David Garland, (dalam seri) Baker Exegetical Commentary on the New Testament dan Craig Blomberg, (dalam seri) NIV Application Commentary.
10. Mencari buku-buku yang relevan dengan tema yang saya soroti. Membaca buku-buku tersebut bisa menimbulkan ide bagi saya, kadang memberikan bahan yang penting, kadang memberikan ilustrasi yang tepat.
11. Sambil menulis ada perenungan2 yang muncul atau ada ilustrasi yang terpikir. Kadang saya tuliskan saja semuanya di bagian bawah dan nanti tinggal copy paste untuk menyusunnya.
12. Terakhir adalah tahap 'penyajian masakan'. Tidak semua yang sudah saya dapatkan dan tuliskan akhirnya harus saya sampaikan. Seringkali terlalu banyak bahan justru mengganggu fokus khotbah. Maka saya harus memilih lagi mana yang akan disampaikan, dengan urutan seperti apa, mana duluan dan mana belakangan.
13. Seringkali sampai selesai menuliskan naskah khotbah, saya tetap tidak puas. Biasanya saya bilang ke istri saya: “Tulangnya sudah, tapi kurang berdaging”. Maka saya perlu diam, merenung lagi, memikirkan maknanya lagi, dan memikirkan bagaimana cara menyampaikannya kepada jemaat. Naskah yang sudah jadi itu saya baca ulang sambil membayangkan bagaimana menyampaikannya. Sambil membayangkan setting khotbah maka saya akan menemukan ada bagian yang tidak enak untuk disampaikan secara lisan, ada kalimat yang terlalu kaku, ada bagian yang tidak jelas, dst. Kadang bahkan saya bisa mengubah total susunan khotbah! Maka saya merevisi lagi naskah khotbah itu. Kalau ada ilustrasi atau cerita yang ingin saya sampaikan, saya mencoba dulu bagaimana menceritakannya dengan efisien (tidak bertele-tele) dan ‘masuk’ ke pendengar.
14. Naskah saya print. Kalau masih ada waktu, saya baca ulang lagi seluruh naskah sambil memberikan catatan-catatan tambahan kalau perlu atau coretan-coretan pada bagian yang tidak perlu. Seringkali catatan dan coretan last minute ini sangaaaatttt berguna.
15. Berdoa sungguh-sungguh minta Tuhan berkati penyampaian Firman Tuhan.
Walaupun persiapan saya tidak selalu persis seperti di atas, tapi kira-kira seperti itu. Dan kalau ditanya berapa jam yang saya pakai untuk mempersiapkan khotbah sekitar 40 menit itu? Maka jawabannya sulit. Mungkin sekitar 15 jam, kadang kurang sedikit dari itu, tapi tidak jarang lebih.
Semoga pembukaan 'rahasia dapur' saya ini berguna.