Sunday, September 18, 2011

Life Begins at Forty?

Banyak orang bilang bahwa bagi pria, life begins at forty. Dulu saya tidak terlalu mengerti kalimat itu, sampai akhir-akhir ini.

Beberapa waktu yang lalu seorang teman bercerita tentang pergumulannya akan hidupnya. Apa sebetulnya yang ingin dia lakukan dalam hidup? Pekerjaan seperti apa yang dia inginkan? Kemana arah hidupnya? dst. Yang menarik adalah ketika dia bilang bahwa mungkin dia berpikir semua itu karena krisis yang dia alami menjelang usia 40 tahun.

Saya agak tersentak… karena hampir 1 tahun sebelumnya, saya punya pergumulan yang serupa. Rupanya… mungkinkah… itulah yang dimaksud krisis menjelang usia 40 tahun!

Sejak menjadi hamba Tuhan, saya tahu hidup saya untuk melayani Tuhan di ladang pelayanan. Saya menjalani hari demi hari, tahun demi tahun, dengan kesadaran itu. Bukannya saya tidak punya target atau tujuan yang lebih spesifik (saya pergi ke Singapore untuk studi adalah salah satu target yang akhirnya tercapai juga), tapi saya menjalani hidup saya dengan (mungkin istilah saya kurang tepat) ‘menerima apa adanya’.

Tapi beberapa waktu yang lalu, saya mulai berpikir, apa sebetulnya yang saya – atau tepatnya Tuhan - inginkan dengan hidup saya. Ketika usia lebih muda, waktu sepertinya masih sangat panjang dan kemungkinan sangat tidak terbatas. Tapi sekarang berbeda. Saya mulai menghitung, setelah selesai studi berapa tahun lagi yang saya punya sebelum pensiun? (kalau saya masih hidup tentunya!). Tidak terlalu banyak, mungkin hanya 22 atau 23 tahun! Sungguh itu tidak banyak. Lalu apa yang ingin saya lakukan dalam sekian tahun yang masih sisa itu?

Saya mencoba membuat beberapa alternatif pilihan hidup. Di usia sekarang, saya sudah bisa mengukur kemampuan saya, jalur hidup saya, peluang yang terbuka bagi saya, beban saya yang sesungguhnya, dan seterusnya. Bagi saya semua adalah tanda mengenali ke arah mana sebetulnya Tuhan mau bawa saya. Sempat ada hal-hal yang saya sesali karena dulu tidak saya lakukan, tapi cepat2 saya lupakan karena tidak ada gunanya menyesali yang sudah lewat. Pertanyaan saya selalu ke depan, apa sebenarnya yang ingin saya lakukan, apa yang Tuhan percayakan pada saya, yang harus saya lakukan supaya nanti saya tidak menyesal.

Maka mungkin betul bagi pria life begins at forty. Pada usia 40 tahun, kita sudah mengalami cukup banyak hal untuk berpikir dengan lebih matang akan hidup kita. Pada usia 40 tahun, saat belum tua tapi juga tidak terlalu muda lagi, kita mulai berpikir apa yang ingin kita lakukan dengan sisa hidup kita.

Banyak orang bilang ketika usia 40, kita tidak terlalu berani lagi untuk mengambil resiko. Terlalu banyak pertimbangan, terlalu banyak ketakutan, terlalu banyak pengalaman di masa lalu, dan akhirnya kita akan selalu memilih yang aman. Tapi saya tidak ingin begitu.

Saya ingin tetap berani mengambil resiko untuk mengikut Tuhan. Dan sekalipun saya sudah memikirkan beberapa alternatif yang ‘mungkin’, saya memberi celah untuk surprise dari Tuhan. Bagaimanapun saya tidak tahu sepenuhnya apa yang Tuhan sediakan bagi saya di masa depan, I’m ready for another surprise! Dan kalau Tuhan sudah pimpin sampai hari ini, saya percaya Tuhan akan pimpin lagi sampai akhirnya.