Thursday, June 12, 2008

God's Chosen People (Reflection from Trip to Israel - 5)

Kitab Kejadian pasal 1-11 mengisahkan awal segala sesuatu di dalam dunia ini. Dimulai dengan indahnya Tuhan menjadikan dunia ini, dari tidak ada dibuat menjadi ada, dari tidak teratur menjadi teratur, dari kosong menjadi penuh keindahan. Tuhan menciptakan manusia dengan luar biasa dan dikaruniakanNya segala sesuatu yang perlu kepada manusia. Tetapi kisah menjadi kelabu ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Adam dan Hawa berdosa, Kain membunuh Habel, Lamekh menjadi sangat jahat, dan akhirnya seluruh dunia dipenuhi manusia yang “kejahatannya besar di bumi dan segala kecenderungan hatinya membuahkan kejahatan semata” (Kej 6:5). Maka Tuhan menurunkan air bah dan menyelamatkan 1 keluarga, Nuh dan keluarganya, untuk memulai umat manusia yang baru. Tetapi keturunan Nuh pun berdosa lagi dan akhirnya memberontak di menara Babel (Kej 11). Tidak ada harapan bagi manusia, tidak ada jalan manusia bisa selamat. Maka Tuhan campur tangan! Dia memilih 1 orang, Abraham, untuk menjadi umatNya. Dari Abraham lahir Ishak, dari Ishak lahir Yakub, dan dari Yakub lahir bangsa Israel.

Bangsa Israel adalah bangsa yang mengalami sentuhan dengan Tuhan secara luar biasa. Tuhan berkarya secara luar biasa dalam kehidupan mereka. Dia memberikan FirmanNya melalui mereka. Bahkan Yesus lahir dari antara mereka. Israel memang pernah menjadi bangsa yang dipilih Tuhan secara khusus untuk menjadi umatNya.

Posisi Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan bukanlah untuk selama-lamanya. Seperti yang dikatakan Paulus: “…Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel, dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: “Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanMu,” Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar” (Rom 9:6-8). Umat Allah, anak-anak Allah, anak-anak Abraham, bukanlah Israel secara keturunan tetapi anak-anak perjanjian, umat pilihan Allah dari segala bangsa. Konsep ini dijelaskan berulang kali di dalam Alkitab.

Maka sangat salah kalau ada orang yang ke Israel karena ingin seperti mereka, ingin diberkati seperti orang Israel yang adalah umat pilihan Allah. Karena siapakah umat Allah? Kita yang percaya kepada Yesus. Bahkan bisa kita katakan, orang Israel yang tidak percaya kepada Yesus, bukanlah umat Allah! Juga salah kalau kita ke sana karena ingin diberkati dengan menyentuh tanah Israel yang disebut sebagai holy land. Israel boleh disebut holy land dalam arti tanah di mana kisah-kisah dalam Alkitab terjadi. Tapi dalam arti yang sesungguhnya, Israel hanyalah used to be holy land. Dimana holy land? Holy land adalah tempat yang dipilih Allah untuk menyatakan kehadiranNya, dan itu di dalam hati orang percaya.

Iman orang Israel adalah iman yang ‘terputus’ di tengah jalan. Semua ritual agama yang diberikan Tuhan kepada mereka sebenarnya menunjuk kepada Yesus. Seperti layang-layang, ujungnya seharusnya bukanlah di tali tapi di tangan si pemain. Tetapi iman orang Israel seperti layang-layang putus, ujungnya hanyalah di tali, yang mereka perhatikan adalah ritualnya, tetapi tidak sampai kepada Yesus.

Maka saya sendiri tidak bisa menghayati kesedihan mereka di tembok ratapan atau di kubur raja Daud. Memang ada kesinambungan antara iman mereka dan saya, tetapi tidak sama. Kesedihan mereka salah alamat. Yang membuat saya sedih bukanlah karena sekarang tidak ada bait Allah atau karena Israel tidak mengalami masa keemasan seperti zaman Daud, apalagi karena Mesias belum datang! Yang membuat saya sedih adalah mengapa mereka “yang telah diangkat menjadi anak, telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji, keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia” (Rom 9:4-5), dengan setia masih berpegang kepada semua ritual ibadah tetapi tidak melihat Yesus di balik semuanya.