Baik pada waktu saya akan berangkat ke Israel, selama di sana ataupun setelah kembali dari sana, banyak teman yang dengan bercanda mengatakan bahwa saya "naik haji" ala Kristen hehe…
Kita sama-sama tahu bahwa pergi ke Israel berbeda dengan naik haji seperti yang dilakukan oleh orang muslim. Naik haji adalah rukun Islam yang kelima sementara pergi ke Israel sama sekali tidak diperintahkan oleh Alkitab.
Sebelum pergi ke Israel, saya sudah mendengar tentang perilaku tidak Alkitabiah dari orang-orang Kristen yang pergi ke sana. Pada waktu di sana saya mendengar beberapa cerita yang lebih aneh lagi dan saya sempat melihat beberapa di antaranya. Ada orang Kristen yang ingin dibaptis ulang di sungai Yordan, ada yang sengaja menyentuh batu atau tempat tertentu dengan harapan ada berkatnya, ada yang meletakkan uang di gereja tertentu supaya diberkati lebih banyak, dsb.
Perilaku-perilaku seperti itu jelas sama sekali tidak berdasarkan Alkitab, bahkan boleh dibilang melawan Alkitab. Seakan-akan Tuhan menunjuk tempat atau benda tertentu untuk menjadi jimat bagi orang Kristen. Seakan-akan ada kehadiran Tuhan yang lebih di situ yang membuat Tuhan mau tidak mau memberkati orang-orang yang menyentuhnya. Ini konsep lampu Aladin dan bukan konsep Alkitab. Tuhan tidak pernah terikat oleh tempat atau benda.
Israel adalah lokasi terjadinya banyak peristiwa-peristiwa dalam Alkitab. Dulu tempat itu dipilih Allah untuk menjadi tempat kehidupan Yesus di bumi. Tetapi tidak pernah Tuhan berfirman supaya kita selalu ke Israel untuk mendapatkan berkat yang lebih besar. Tuhan tidak terikat pada tempat penyaliban Yesus, lokasi Yesus membuat mukjizat, air sungai tempat Yesus dibaptis, dsb sehingga kalau kita kesana Tuhan pasti memberkati.
Uniknya, ternyata mental jimat ini sangat melekat pada manusia. Manusia memang selalu suka mencari suatu tempat atau benda yang dianggap punya ‘isi’, punya kuasa dan bisa ditakuti oleh dirinya. Maka kalau saja kubur Musa ditemukan, pasti banyak orang Israel zaman itu yang menyembahnya. Dan kalau saja salib Yesus ditemukan, pasti banyak orang Kristen yang menyembahnya (terbukti ketika Ratu Helena memerintahkan pencarian salib Yesus dan menemukan banyak salib palsu, itu pun sudah menjadi benda yang dipuja-puja oleh gereja).
Bukan berarti tempat atau benda itu tidak penting. Tuhan juga memakai benda atau tempat sebagai simbol kehadiranNya, seperti bait suci dan tabut perjanjian. Tetapi Tuhan sudah berulang kali mengajar orang Israel, jangan jadikan itu jimat. Bait suci adalah simbol kehadiran Tuhan, tempat itu dikuduskan oleh Tuhan, dan kalau mereka sembarangan bisa langsung mati. Tetapi ketika Israel melawan Tuhan, dibiarkanNya orang Babel dan orang Roma untuk masuk ke ruang maha kudus bahkan menghancurkannya dan tidak mati. Ketika Israel berperang melawan Filistin, mereka membawa tabut perjanjian ke medan perang supaya mau tidak mau Tuhan memberkati, tetapi Tuhan malah membiarkan tabut itu dirampas oleh orang Filistin. Orang-orang itu mungkin menyentuh, membuka dan melihat ke dalamnya tetapi tidak menjadi mati, sebagaimana kalau itu dulu dilakukan orang Israel. Bait suci dan tabut perjanjian bukan jimat, tidak ada tempat atau benda yang adalah jimat. Kehadiran Tuhan tidak pernah bisa diikat oleh tempat atau benda apapun.
Pergi ke Israel seperti mencari ilustrasi untuk Firman Tuhan, mencari alat peraga untuk cerita Alkitab atau seperti yang saya sebutkan di tulisan sebelumnya, mencari icon untuk merangsang imajinasi kita akan cerita Alkitab. Kalau boleh saya bandingkan, walau tidak terlalu tepat, pergi ke Israel adalah seperti pergi mendengar khotbah. Apakah ada berkatnya? Ada! Tapi apakah mendengar khotbah pasti mendapat berkat? Jelas tidak! Tergantung bagaimana kita mendengar, tergantung bagaimana kita membuka hati kita, dan tergantung apakah Tuhan memberkati. Seperti itu jugalah pergi ke Israel. Itu hanya suatu tempat. Memang tempat yang luar biasa, tempat dimana Tuhan pernah menyatakan dengan sangat jelas kemuliaanNya di tengah manusia, tetapi tetap hanyalah suatu tempat. Apakah ada berkatnya pergi ke sana? Tergantung bagaimana kita merenungkan kaitan tempat itu dengan Firman Tuhan, tergantung bagaimana hati kita apakah bebal atau lembut ingin mengenal Tuhan lebih dalam, tergantung apakah Tuhan memberkati.
Kalau saya pikir-pikir, kenapa banyak orang punya mental jimat? Jawabannya mengerikan, karena mereka ingin memegang Tuhan dalam kuasa mereka. Tapi Tuhan tidak pernah bisa dikuasai manusia.
Tidak ada embel-embel baru di depan nama saya karena saya pernah ke Israel. Saya hanya pernah pergi ke suatu tempat, Israel, dan di sana saya merenungkan Firman Tuhan serta berdoa.
Kita sama-sama tahu bahwa pergi ke Israel berbeda dengan naik haji seperti yang dilakukan oleh orang muslim. Naik haji adalah rukun Islam yang kelima sementara pergi ke Israel sama sekali tidak diperintahkan oleh Alkitab.
Sebelum pergi ke Israel, saya sudah mendengar tentang perilaku tidak Alkitabiah dari orang-orang Kristen yang pergi ke sana. Pada waktu di sana saya mendengar beberapa cerita yang lebih aneh lagi dan saya sempat melihat beberapa di antaranya. Ada orang Kristen yang ingin dibaptis ulang di sungai Yordan, ada yang sengaja menyentuh batu atau tempat tertentu dengan harapan ada berkatnya, ada yang meletakkan uang di gereja tertentu supaya diberkati lebih banyak, dsb.
Perilaku-perilaku seperti itu jelas sama sekali tidak berdasarkan Alkitab, bahkan boleh dibilang melawan Alkitab. Seakan-akan Tuhan menunjuk tempat atau benda tertentu untuk menjadi jimat bagi orang Kristen. Seakan-akan ada kehadiran Tuhan yang lebih di situ yang membuat Tuhan mau tidak mau memberkati orang-orang yang menyentuhnya. Ini konsep lampu Aladin dan bukan konsep Alkitab. Tuhan tidak pernah terikat oleh tempat atau benda.
Israel adalah lokasi terjadinya banyak peristiwa-peristiwa dalam Alkitab. Dulu tempat itu dipilih Allah untuk menjadi tempat kehidupan Yesus di bumi. Tetapi tidak pernah Tuhan berfirman supaya kita selalu ke Israel untuk mendapatkan berkat yang lebih besar. Tuhan tidak terikat pada tempat penyaliban Yesus, lokasi Yesus membuat mukjizat, air sungai tempat Yesus dibaptis, dsb sehingga kalau kita kesana Tuhan pasti memberkati.
Uniknya, ternyata mental jimat ini sangat melekat pada manusia. Manusia memang selalu suka mencari suatu tempat atau benda yang dianggap punya ‘isi’, punya kuasa dan bisa ditakuti oleh dirinya. Maka kalau saja kubur Musa ditemukan, pasti banyak orang Israel zaman itu yang menyembahnya. Dan kalau saja salib Yesus ditemukan, pasti banyak orang Kristen yang menyembahnya (terbukti ketika Ratu Helena memerintahkan pencarian salib Yesus dan menemukan banyak salib palsu, itu pun sudah menjadi benda yang dipuja-puja oleh gereja).
Bukan berarti tempat atau benda itu tidak penting. Tuhan juga memakai benda atau tempat sebagai simbol kehadiranNya, seperti bait suci dan tabut perjanjian. Tetapi Tuhan sudah berulang kali mengajar orang Israel, jangan jadikan itu jimat. Bait suci adalah simbol kehadiran Tuhan, tempat itu dikuduskan oleh Tuhan, dan kalau mereka sembarangan bisa langsung mati. Tetapi ketika Israel melawan Tuhan, dibiarkanNya orang Babel dan orang Roma untuk masuk ke ruang maha kudus bahkan menghancurkannya dan tidak mati. Ketika Israel berperang melawan Filistin, mereka membawa tabut perjanjian ke medan perang supaya mau tidak mau Tuhan memberkati, tetapi Tuhan malah membiarkan tabut itu dirampas oleh orang Filistin. Orang-orang itu mungkin menyentuh, membuka dan melihat ke dalamnya tetapi tidak menjadi mati, sebagaimana kalau itu dulu dilakukan orang Israel. Bait suci dan tabut perjanjian bukan jimat, tidak ada tempat atau benda yang adalah jimat. Kehadiran Tuhan tidak pernah bisa diikat oleh tempat atau benda apapun.
Pergi ke Israel seperti mencari ilustrasi untuk Firman Tuhan, mencari alat peraga untuk cerita Alkitab atau seperti yang saya sebutkan di tulisan sebelumnya, mencari icon untuk merangsang imajinasi kita akan cerita Alkitab. Kalau boleh saya bandingkan, walau tidak terlalu tepat, pergi ke Israel adalah seperti pergi mendengar khotbah. Apakah ada berkatnya? Ada! Tapi apakah mendengar khotbah pasti mendapat berkat? Jelas tidak! Tergantung bagaimana kita mendengar, tergantung bagaimana kita membuka hati kita, dan tergantung apakah Tuhan memberkati. Seperti itu jugalah pergi ke Israel. Itu hanya suatu tempat. Memang tempat yang luar biasa, tempat dimana Tuhan pernah menyatakan dengan sangat jelas kemuliaanNya di tengah manusia, tetapi tetap hanyalah suatu tempat. Apakah ada berkatnya pergi ke sana? Tergantung bagaimana kita merenungkan kaitan tempat itu dengan Firman Tuhan, tergantung bagaimana hati kita apakah bebal atau lembut ingin mengenal Tuhan lebih dalam, tergantung apakah Tuhan memberkati.
Kalau saya pikir-pikir, kenapa banyak orang punya mental jimat? Jawabannya mengerikan, karena mereka ingin memegang Tuhan dalam kuasa mereka. Tapi Tuhan tidak pernah bisa dikuasai manusia.
Tidak ada embel-embel baru di depan nama saya karena saya pernah ke Israel. Saya hanya pernah pergi ke suatu tempat, Israel, dan di sana saya merenungkan Firman Tuhan serta berdoa.