Wednesday, March 28, 2012

Kalender Gereja: Minggu Palem

(Artikel ini dimuat dalam kolom “Suara Gembala” di Warta GKY Singapore 25 Maret 2012)

Hidup kita terbentuk oleh pergantian tahun. Ada tahun-tahun dimana kita masih kecil, kita remaja, pemuda, dewasa, setengah baya dan menjadi tua. Kalender dipakai untuk menandai peristiwa-peristiwa itu, dimulai pada 1 Januari dan diakhiri pada 31 Desember. Setiap tahun hidup kita berjalan dalam kalender itu.

Kalender gereja tidaklah sama dengan kalender biasa. Kalender gereja menandai waktu dengan peristiwa-peristiwa penting bagi iman kita. Kalender gereja berpusat pada misteri hubungan Allah dan manusia. Kalender gereja membawa kita terus menyesuaikan hidup kita dengan kehidupan Yesus. Maka kalender gereja tidak dimulai pada 1 Januari, tapi pada minggu pertama Advent, mempersiapkan kita menyambut Natal. Disambung dengan masa persiapan Jumat Agung dan Paskah, Kenaikan Yesus, Pentakosta, terus sampai kembali masa Advent.

Tahun demi tahun, kalender gereja membawa kita tenggelam lagi dan tenggelam lagi dalam makna kehidupan Kristen. Kita bukan hanya mengingat: Yesus lahir untuk kita, Yesus mati karena kita, Yesus bangkit bagi kita, Yesus naik ke surga dan akan datang kembali, Roh Kudus dicurahkan memenuhi kita. Tapi kita dibawa untuk mencocokkan diri kembali dengan apa yang Allah kerjakan bagi kita. Tahun ini kita merenungkan Natal, minta ampun dosa waktu Jumat Agung dan Paskah, tahun depan kita kembali melakukan yang sama. Tapi tiap tahun, kita diajak untuk melihat apakah kita makin mengikuti Yesus? Apakah kita makin mengerti isi hati Allah? Apakah kita bertumbuh? Kalender gereja mengajar kita arti mengikut Yesus.

Tidak sampai dua minggu lagi, kita akan merayakan Jumat Agung dan kemudian Paskah. Maka minggu depan, tepat 1 minggu sebelum Paskah, adalah Minggu Palem - Minggu memperingati Yesus masuk ke Yerusalem dan kemudian mati disalibkan. Minggu itu penuh dengan makna, seluruh komponen dalam kehidupan Yesus ada disana: orang banyak, imam-imam kepala dan kekerasan hati mereka, tentara-tentara Roma dengan politiknya, murid-murid yang ketakutan dan belum bisa mengerti Yesus, pengkhianatan, dan akhinya penangkapan dan penyaliban Yesus. Semua dalam 1 minggu! Minggu itu adalah minggu yang gelap. Maka Minggu Palem juga disebut sebagai Minggu Sengsara.

Di minggu itu, seluruh kuasa kegelapan bersatu melawan Allah. Yesus dijepit dengan tekanan popularitas,agenda politik dan agenda pemimpin agama. Dia pasti mati! Tapi bahkan lebih dari kematian biasa, Yesus memilih untuk sengsara bagi kita. Minggu Palem memaksa kita untuk melihat betapa jauhnya “kesuksesan” dengan “mengikut Allah”, Yesus tidak pilih “sukses” tapi Dia pilih “mengikut Allah”. Minggu Palem mengajak kita menyadari betapa bedanya menyembah Yesus “di mulut” dan “di hati”, seperti orang banyak yang bersorak “Hosana” dan “salibkan Dia”.

Mari siapkan diri kita untuk Minggu Palem, memasuki Minggu Sengsara. Jumat Agung dan Paskah sudah dekat.