Saya pernah menulis tentang “Ketulusan” di blog ini dimana saya mengaitkan strategi pemasaran kuno MLM, asuransi, dan penginjilan di gereja (click untuk melihat). Saya baru membaca lagi tulisan itu dan melihat bahwa itu masih sangat relevan sekarang.
Ketulusan tidak berarti semua orang mengatakan segala hal yang ada di pikirannya kepada setiap orang. Itu bukan ketulusan tapi kebodohan! Di dalam hubungan kita sesama manusia berdosa, tidak bisa tidak, kita pasti menutupi sesuatu. Tiap orang punya cara berpikir yang berbeda, punya kepribadian, kelemahan, luka, dan dosa yang berbeda. Maka kapan mengatakan sesuatu, dengan cara bagaimana, kepada siapa, menjadi penting. Dan itu bukan ketidaktulusan tapi kebijaksanaan.
Saya kira ketulusan perlu dikaitkan dengan dua hal:
Pertama adalah motivasi. Ketulusan adalah ketika kita memikirkan kemauan Tuhan lebih daripada kemauan diri atau kelompok. Ketulusan adalah ketika kita memikirkan yang terbaik untuk semua dan bukan untuk diri atau kelompok. Dan terakhir, ketulusan adalah ketika kita memikirkan yang terbaik untuk lawan bicara kita. Kita tidak ingin memanfaatkan dia untuk kepentingan apapun. Kita tidak boleh membujuk orang untuk lakukan sesuatu tanpa memikirkan perasaan orang itu, kemauan orang itu dan kebaikan orang itu. Lalu kita beralasan, “kan bukan buat saya, tapi buat pekerjaan Tuhan”. Itu tidak tulus!
Kedua adalah perkataan. Kita memang tidak mungkin mengatakan segalanya kepada setiap orang. Tapi sampai batas tertentu kita bisa mengatakan hal-hal yang paling tidak membuat orang itu punya informasi yang cukup sehingga tidak membuat dia salah langkah. Informasi tidak harus ‘seluruhnya’ tapi harus ‘tidak menyesatkan’ dan ‘tidak misleading’. Kita boleh mengatakan “jangan lakukan itu, berbahaya!” tanpa menyebutkan siapa orang-orang yang menyebabkan bahaya. Tapi kita tidak boleh mengatakan “jangan lakukan itu, berbahaya!” padahal kita tidak terlalu yakin bahayanya dan kita hanya katakan itu karena kita mau dia lakukan yang lain.
Ketulusan adalah ketika kita mengatakan sesuatu, memutuskan sesuatu, dengan tanpa agenda pribadi. Ketulusan adalah, walaupun tidak membuka seluruhnya, tapi memikirkan perasaan lawan bicara kita, menempatkan diri di posisi mereka. Ketulusan adalah ketika kita menginginkan yang terbaik untuk lawan bicara kita. Dan semuanya adalah karena kita memikirkan Tuhan, takut akan Tuhan, dan kemuliaan Tuhan.
Sangat menyedihkan melihat banyak energi di dalam pelayanan habis karena mengurusi ketidaktulusan. Banyak orang dengan agendanya masing-masing, bermain ‘kungfu’, bersilat lidah, bermuka dua, atau apa pun istilahnya, untuk kepentingan dirinya, kelompoknya, atau yang dia pikir untuk Tuhan.
Saya sebut “dia pikir untuk Tuhan” karena mungkin ada orang-orang yang berpikir “ini baik untuk Tuhan”. Lalu dia fight untuk itu, dia lakukan macam-macam cara yang tidak tulus, semua atas nama ‘untuk Tuhan’. Orang seperti ini tidak pernah menguji apa betul untuk Tuhan, apa betul Tuhan mau begini, apakah saya memperjuangkan sesuatu yang benar, apakah saya tidak melukai banyak orang yang benar dengan cara begini, dan seterusnya. Jangan pikir dulu bagaimana kalau begini dan begitu, jangan berargumen dulu, diam dulu di hadapan Tuhan, coba tanya - dan saya percaya Tuhan akan bicara - apakah yang saya lakukan menyenangkan Tuhan?
Mari kita kembali kepada sesuatu yang sangat sederhana tapi indah: Ketulusan.
Demikian pula dalam relasi dengan orang lain. Ketika kita berbuat baik kepada orang lain karena kita menyukai dia (contoh klasik: ketika seorang pemuda sedang ‘naksir’), itu bukan ketidaktulusan. Demikian pula ketika kita tidak suka dengan seseorang, lalu berusaha untuk berbuat baik kepada dia, itu juga bukan ketidaktulusan. Tapi ketidaktulusan adalah ketika kita baik kepada seseorang karena ingin memanfaatkan dia, karena ada hal-hal yang bisa menguntungkan kita. Ketidaktulusan adalah ketika kita pura-pura baik supaya dilihat orang, supaya tidak dikatai orang, dsb. Tapi ketika kita berbuat sesuatu, mengatakan sesuatu, karena kasih yang benar, atau karena berusaha mengasihi seperti yang Tuhan perintahkan, itu adalah bagian dari ketulusan.
Siapa sih di antara kita yang sempurna tulus? Kita semua perlu terus mengoreksi diri, mengasah diri, menguji diri, dan minta kepada Tuhan karakter yang sangat indah ini: Ketulusan.